Kamis, 10 Desember 2009

EFEKTIFITAS METODE SOROGAN AL-QUR’AN TERHADAP MOTIVASI HAFALAN SANTRIPONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di indonesia merupakan tanggung jawab seluru komponen bangsa, dalam prakteknya masyarakat ikut telibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa inni, tidak hanya dari segi materi dan moril, namun telah pua ikut serta memberikan sumbangsih yang signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan, hal ini diwujudkan dengan munculnya berbaagai lembaga atau perguruan tinggi swasta yang merupakan bentuk dari penyelengaraan pendidikan. Perguruan atau lembaga itu dapat berbentuk jalur pendidikan sekolah atau pendidikan luar sekkolah, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1983, tentang sistem pendidikan nasional.termasuk dalam jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat, adallah pondok pesantren.(Depag,2003:1) Pesantren merupakan lembaga pendidikan penggajjaran islam,dimana didalamnya terjadi interaksi antar kyai atau ustadz sebagai guru, dan para santri sebagai murid. Dengan mengambil tempat dimasjid atau di halaman-halaman asrama (pondok) untuk mengaji dan membahas buku-buku teks keagamaan karya ulama’ masa lalu. (Depag,2003:3) Sebagai aset pendidikan nasional pesantren secara turun temurun telah terus berlangsung menjadi pendidikan indonesia. Namun dalam penggelolaannya masih terkesan bertahan atau berjalan pada pola pendidikan dan pengajaran secara tradisional (klasikal). Pendidikan dalam proses pendidikan islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus mengguasai berbagi metode dan teknik pendidikan guna kelangsunggan transformasi dan innternalisasi mata pelajaran. Hal inni karena metode dan teknik pendidikan iislam tidak sama dengan metode dan teknik pendidikan yang lain. Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran agama islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik secara mantap. Uraian itu menunjukan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah mengarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peerta didik secara mantap. Uraian itu menunjukan bahwa fungsi metode pendidikan islam adalah menggarahkan keberhasilan belajar, memberi kemudahan kepada peserta didik untuk belajar berdasarkan minat. Serta mendorong usaha kerja sama dalam antara pendidikan dengan peserta didik.(Abdul mujib,2008:167) Seperti dalam firman allah :              •     •        Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Al-qur’an Depag, surat An-Nahl Ayat 125) pada pesantren yang secara khusus memusatkan perhatian pada Al-qur’an, pengajaran Al-qur’an di tingkatkan pada penghafalan (tahfidz). Selain harus fasih dan jaudah (baik) santri di pesantren jenis ini harus menghafalkan Al-Qur’an secara penuh. Pola penghafalannya sendiri amat beragam, tetapi secara umum ada dua model, pertama, menghafalkan dari surat-surat pendek juz 30 baru kesurat-suratt yang lebih panjang, kedua, yang mulai dari Al-fatihah terus kebawah hingga akhir Al-Qur’an.(Depag,2003:40) sebelum menghafal Al-qur’an melangkah ke periode penghafal Al-Qur’an seharusnya, ia terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya, bahkan para ulama’ tidak memperkenakan anak didik yang di asuhnya untuk menghafal Al-Qur’an sebelum terlebih dahulu dia menghatmkan Al-Qur’an secara benar-benar lurus dan lancar membacanya,serta ringan bacanya (membaca Al-Qur’an dengan melihat) Pondok pesantren, masih menerapkan metode klasik seperti sorogan.metode ini merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang menitik beratkan pada kemampuan seseorang (individu),dibawa bimbingan seorang kyai atau ustadz. (Depag RI, 2003:74) Dalam proses belajar mengajar bila guru tidak menggunakan metode variasi, hal ini akan menyebabkan santri menjadi bosan, perhatian santri sangat kurang,akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Oleh karena itu guru perlu mengeluarkan beberapa variasi metode dalam belajar.(Djamara,2002:180) Dari hasil survey awal penulis melihat bahwa metode yang dipakai oleh pondok pesantren masih bersifat tradisional, padahal pada prakteknya banyak sekali metode yang bisa diterapkan sebagai peunjang dari metode tersebut.fenomena yang terjadi pada metode sorogan tersebut adalah kurang maksimal,kurangnya perhatian perkembangan hafalan santri. Hal ini dapat mengkhawatirkan menurunnya motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an. Dengan motivasi, para calon hafidz dapat memacu dirinya untuk lebih giat lagi dan selesai menghafal tempat waktu. Hal ini yang menarik hati penulis untuk meneliti PENGARUH EFEKTIFITAS METODE SOROGAN AL-QUR’AN TERHADAP MOTIVASI HAFALAN SANTRI PONDOK PESANTREN B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti dapat mengajukan konsepsi rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana efektifitas metode sorogan al-qur’an di pondok pesantren ? 2. Bagaimana motivasi santri dalam menghafal al-qur’an di pondok pesantren ? 3. Bagaimana pengaruh efektifitas metode sorogan al-qur’an terhadap motivasi hafalan di pondok pesantren ? C. Tujuan Penelitian Secara umum setiap peneliti pasti mempunyai tujuan tertentu yang diharapkan akan mampu memberikan masukan yang berarti dalam dunia pendidikan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui efektifitas metode sorogan al-qur’an di pondok pesantren. 2. Untuk mengetahui motivasi hafalan santri di pondok pesantren . 3. Untuk mengetahui pengaruh efektifitas metode sorogan al-qur’an di pondok pesantren. D. Hipotesa Penelitian Hipotesa adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Suharsimi Arikunto. 2002: 64). Kemudian masih harus di uji secara empiris di lapangan. Adapun hipotesa kerja (Ha) penelitian ini adalah Ada pengaruh yang signifikan antara efektifitas metode sorogan al-qur’an terhadap motivasi hafalan di pondok pesantren. Adapun hipotesa nihil (Ho) Penelitian ini adalah tidak ada pengaruh yang antara efektifitas metode sorogan al-qur’an terhadap motivasi hafalan santri di pondok pesantren . E. Kegunaan Penelitian Berkaitan dengan tujuan penelitian diatas maka kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis Secara Teoritis hasil penelitian ini berguna sebagai sumbangsi pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam dunia pendidikan Islam dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. 2. Secara Praktis Secara Praktis hasil penelitian ini berguna sebagai informasi dalam memahami keterkaitan metode yang digunakan dengan motivasi hafalan al-qur’an. F. Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam memahami pengartian judul skripsi ini, maka dalam pembahasan ini akan diberikan suatu batasan sebagai berikut: 1. Efektifitas metode hafalan Al-Qur’an adalah kegiatan pembelajar bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu), dibawah bimbingan kiyai atau ustadz. Dalam pelaksanaannya santri yang mendapat giliran langsung secara tetap muka menghadap kiyai atau ustadz untuk menyetorkan hasil hafalannya. Dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Dalam pembelajaran, murid dan guru dapat tatap muka secara langsung. b. Menitik beratkan pada perkembanggan perseorangan (individu). c. Jika perserta didik banyak, maka waktu yang tersedia relatif sedikit, begitupun sebaliknya . 2.Motivasi hafalan adalah daya penggerak yang ada pada diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan, yaitu menghafal al-qur’an Motivasi hafalan al-qur’an dengan indicator sebagai berikut: 1. Motivasi istrinsik, motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan atau dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. 2. Motivasi ekstrinsik, jenis motivasi ini timbul akibat pengaru dari luar indiviu, apakah karena ajakan, suruuhan, atau paksaan dari orang lain. G. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyajikan sistematika pembahasan yang merupakan pola dasar dari pembahasan skripsi dalam bentuk bab dan sub bab yang secara logis berhubungan dan merupakan kebulatan dari masalah yang diteliti. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini, peneliti mengungkapkan berbagai masalah yang erat kaitannya dengan penyusunan skripsi ini, yaitu: 1. Latar belakang masalah yang memaparkan tentang pentingnya pengangkatan judul skripsi ini. 2. Rumusan masalah, agar mengetahui inti persoalan yang akan diteliti. 3. Tujuan penelitian mengandung maksud dan tujuan memberi arah dalam pelaksanaan penelitian. 4. Kegunaan penelitian, untuk mengetahui manfaat pencapaian tujuan tersebut. 5. Batasan operasional, agar tidak menimbulkan kekeliruan dalam memahami pembahasan skripsi ini. 6. Sistematika pembahasan, untuk mengetahui pola dasar dari pembahasan skripsi ini. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini membahas tentang teoritis, diantaranya: penulis mengambil dari berbagai literatur dan kepustakaan, meliputi: 1. Membahas tentang efektivitas metode sorogan al-qur’an, pengertian, definisi, syarat menghafal, dan teknik metode sorogan. 2. Dilanjutkan dengan membahas teori-teori yang berhubungan dengan motivasi belajar seperti, pengertian motivasi, fungsi motivasi, jenis, serta cara menggerakkan motivasi hafalan. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang menerapkan suatu rancangan sebagai strategi untuk mengantar latar (setting) agar diperoleh data yang tepat (valid) sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian dengan menggunakan langkah-langkah dan teknik-teknik yang tepat dalam pengumpulan data maupun analisanya. Hal ini meliputi rancangan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data. BAB IV : HASIL PENELITIAN Dalam hasil penelitian ini menguraikan tentang karakteristik masing-masing variable dengan hasil analisis data yang telah di olah dengan teknik statistik deskriptif dan temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk angka-angka statistik, serta pemaparan tentang hasil pengujian hipotesis. BAB V : PENUTUP Penutup yang meliputi dua hal pokok yaitu kesimpulan yang terkait langsung dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta saran-saran yang ditujukan kepada lembaga dan penelitian selanjutnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Efektifitas Metode Hafalan Bidang Studi Al-Qur’an Hadits a Pengertian Efektifitas Efektifitas adalah kegiatan yang dilakukan secara tepat, sehingga mempunyai pengaruh yang positif sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Efektifitas artinya ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesanna) manjur, mujarab, mempan (depdikbud ri, 1990:219) Sedangkan dalam ensiklopedia mengatakan bahwa efektifitas menunjukan keberhasilan dan segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, hasil yang makin mendekati sasaran berarti makin tinggi efektifitasnya. Suatu tugas dpat dijalankan dengan efisien tapi tidak efektif atau effektif tapi tidak efisien. Seperti membunuh seekor gajah dengan senapan angina misalnya adalah efisien tapi tidak efektif, sedangkan membunuh seekor lalat dengan meriam efektif tapi tidak efisien. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh seberapa besar efektifitas guru dalam mengajar karena dengan efektifitasnya guru dalam melaksanakan kegiatan pengajaran akan membawa murid belajar secara efektif pula. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak pelajaran yang telah terrbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode yang semata-mata berdasarkan kehendak guru dan bukan atas dasar kebutuhan siswa Dalam menetapkan metode mengajar, bukan tujuan yang menyesuaikan dengan metode atau karakter anak, tetapi metode hendaknya menjadi variabel dependen yang dapat berubah dan berkembang sesuai dengan kebutuhan. Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam suatu pelajaran sebagai persiapan tertulis. Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pengajaran dan akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan peengajaran. (pupuh, 2007: 59) b Pengertian metode sorogan Pondok pesantren telah memiliki pola pembelajaran yang khas, yang berorientasi pada pembelajaran individual, pembelajaran bersifat afektif, serta dilandasi pendidikan moral yang kuat. Pembelajaran yang dilakukan dengan cara-cara sederhana akan tetapi menyentuh pada persoalan riil yang dihadapi masyarakat. Pola pembelajaran yang demikian itu dikenal dengan pembelajaran sistim sorogan. (khusnu ridlo, 2006:161) Dalam keadaan aslinya pesantren memiliki system pendidikan dan pengajaran non klasikal yang dikenal dengan metode, diantaranya : a) Metode sorogan b) Metode bandongan c) Metode musyawarah atau bahtsu masa’il d) Metode pengajian pasaran e) Metode hafalan f) Metode muhadasah g) Metode rihlah ilmiah h) Metode mudzakarah i) Metode riyadloh Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu), dibawah naungan seorang kyai atau ustadz. (depag, 2003:74) Dalam metode pembelajaran dipesantren, metode sorogan adalah metode yang paling sulit , karena metode ini membutuhkan kesabaran, kerajinan dan disiplin pribadi dari setiap peserta didik. Dari segi ilmu pendidikan, metode ini disebut independen learning karena : a) antara kyai dan murid saling mengenal erat. b) Kyai menguasai benar materi yang harus diajarkan, dan murid akan belajar dan membuat persiapan sebelumnya. c) Antara santri dan kyai berdialog secara langsung mengenai materi yang dipelajari. (masjkur anhari,2007:68) B. Kajian Tentang Al-Qur’an Hadits 1. Tinjauan Tentang Al-Qur’an Hadits Al-Qur’an adalah wahyu atau firman Allah SWT untuk menjadi petunjuk dan pedoman bagi umat manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sesuai yang telah diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 2 yang berbunyi:          (البقرة: 2( Itulah kitab yang tidak ada keraguan didalamnya. (DEPAG RI, 2004:2) Perlu kita ketahui bahwa Al-Qur’an adalah sebagai kitab suci dan sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar dan tak ada seorangpun yang dapat menandinginya. Sedangkan pengajaran Al-Hadits merupakan bagian dari bidang pengajaran agama islam, baik dimadrasah maupun disekolah-sekolah agama. Pengajaran ini memuat informasi disekitar teks yang dikaitkan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni informasi bahan-bahan tertulis dengan huruf bahasa Arab, yang saat sekarang dapat dikutip dari kitab-kitab Hadits. Jelasnya, pengertian Hadits merupakan suatu pengajaran agama yang berisi teks Arab yang menyampaikan sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw. Pengertian Hadits menurut bahasa adalah: pertama Hadits adalah al jadid (sesuatu yang baru), kedua, Hadits berarti al-ghorib (sesuatu yang dekat/ belum lama terjadi), ketiga Hadits berarti al-kabar (suatu berita) yaitu sesuatu yang dipercakupkan dan dipindahkan seseorang kepada orang lain. 2. Pengertian Bidang Studi Al-Qur’an Hadits Bidang studi Al-Qur’an Hadits adalah suatu proses pendidikan yang diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan membina kemampuan murid membaca Al-Qur’an mengerti arti dan pokok kandungan ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, iman dan takwa serta menjadi pedoman akhlak dan ibadah sehari-hari. C. Motivasi Belajar Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti dimusium, perpustakaan, kebun binatang, sawah, sungai, atau hutan. Ditinjau dari segi guru, bila siswa belajar di tempat-tempat tersebut untuk mengerjakan tugas-tugas belajar sekolah. Di samping itu ada juga kegiatan belajar yang termasuk rancangan guru. Artinya, siswa belajar karena keinginanya sendiri. Pengetahuan tentang” belajar, karena ditugasi” belajar, karena motivasi diri” penting bagi guru dan calon guru. a. Pengertian Motivasi Motiv (motive) berasal dari bahasa latin (movere) yang kemudian menjadi "motion" yang artinya bergarak atau dorongan untuk bergerak. Jadi motiv merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebab seorang untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Istilah ini juga berasal dari bahasa inggris "motivete" atau "to motivate" yang berarti mendorong atau memberi dorongan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dan sebagai kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan dan pencapaian tujuan. (Dimyati dan Mujiono, 2002:80) Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang di tandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Omar Hamalik, 2007:173). Perubahan energi merupakan kegiatan fisik karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seorang mempuyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dilakukan untuk mencapainya. Mc Donald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai perubahan tenaga didalam diri/peribadi seseoarang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Definisi ini berisi tiga hal: a. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophyiologikal yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kewajiban, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong olah adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Dengan ketiga elemen tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan. Dengan kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak terangsang afeksinya untuk melakkan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab musabanya kemudian mendorong seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan, yakni belajar Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberi motivasi. Motivasi juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatau, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegitan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupkan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Ibaratnya seorang siswa itu menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang diceramahkan, maka tidak akan mencamkan, apalagi mencatat isi ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi, keaculi karena paksaan atau sekedar seremonial. (Sardiman, 2007:73) Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan mungkin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Dengan demikian motivasi mempengaruhi adanya kegiatan. Disamping itu ada juga fungsi-fungsi lainya. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil belajar yang baik pula. Dengan kata lain dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari oleh adanya motivasi. Maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan pencapaian prestasi belajarnya. Selain dari pada itu, pentingnya motivasi belajar bagi siswa adalah sebagai berikut: a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya; c. Mengarahkan kegiatan belajar; d. Membesarkan semangat belajar; e. Menyadarkan adanya pengalaman belajar kemudian bekerja (di sela-sela adalah istirahat dan bermain) yang berkesinambungan; Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar. b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa bermacam-macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping ada yang semangat untuk belajar. Di antara yang semangat belajar ada yang berhasil dan ada yang tidak berhasil. c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran seperti sebagai penasehat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, atau pendidik. Tugas guru adalah membuat siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa y tidak berminat menjadi bersemangat belajar.(Sardaman, 2007:84) Dari berbagai pendapat tentang pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu upaya yang terdapat didalam diri yang menggerakkan mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku untuk memenuhi kebutuhannya yang telah ditentukan guna mencapai suatu tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Jadi, motivasi belajar adalah merupakan factor psikis yang bersifat non-intelektual. b. Jenis-Jenis Motivasi Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah dibahas diatas maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan tujuan-tujuan Motivasi ini sering juga disebut motivasi murni. Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya keinginan untuk berhasil, adanya kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar serta adanya lingkungan yang kondusif. Motivasi ekstrinsik adalah yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti, adanya hukuman, hadiah, persaingan dan nilai. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan disekolah, sebab pengajaran disekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha yang dapat dikerjakan guru memang banyak dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap saat oleh guru. (Oemar Hamalik, 2007:162) Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan disekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dengan hasil sangat memuaskan, maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya, jika hasil belajar tidak, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh “peringatan atau hukuman” dari guru atau orang tua. “peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru atau orang tua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupaka motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat. Ada baiknya juga memperhatikan pandangan Maslow dan Rogers yang mengakui pentingnya motivasi ekstrinsik dan intrinsik. Menurut Maslow setiap individu bermotivasi untuk mengaktualisasikan. Motivasi mengaktualisasikan diri tersebut berjalan sesuai dengan kemampuan tiap orang. Ia menemukan 15 ciri orang yang mampu mengaktualisasikan diri, ciri-ciri tersebut adalah: 1. Berkemampuan mengamati suatu realitas secara efisien, apa adanya dan terbatas dari subyektivitas. 2. Dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar. 3. Berprilaku spontan, sederhana, dan wajar. 4. Terpusat pada masalah atau tugasnya. 5. Memiliki kebutuhan privasi atau kemandirian yang tinggi. 6. Memiliki kebebasan dan kemandirian terhadap lingkungan dan kebudayaan. 7. Dapat menghargai dengan rasa hormat dan penuh gairah. 8. Dapat mengalami pengalaman puncak, seperti: terwujud dalam kreativitas. 9. Memiliki rasa keterikatan, solidaritas kemanusiaan yang tinggi. 10. Dapat menjalin hubungan yang wajar. 11. Memiliki standar kesusilaan yang tinggi. 12. Memiliki rasa humor terpelajar. 13. Memiliki kreativits dalam bidang kehidupan. 14. Memiliki otonomi yang tinggi. 15. Dapat menerima diri sendiri dan orang lain secara wajar. Motivasi mengaktualkan diri tersebut berjalan sesuai dengan kemampuan tiap orang.Upaya memuaskan kebutuhan aktualisasi diri tersebut tentu saja tidak mudah. Carl Rogers berpendapat bahwa setiap individu memiliki motivasi utama berupa kecenderungan aktualisasi diri. Ciri kecenderungan aktualisasi diri tersebut adalah 1. Berakar dari sifat bawaan 2. Perilaku bermotivasi mencapai perkembangan diri optimal 3. Pengaktualisasian diri juga bertindak sebagai evaluasi pengalaman 4. Terbuka dalam segala pengalaman hidup 5. Menjalani kehidupan secara berkepribadian 6. Percaya pada diri sendiri 7. Memiliki rasa kebebasan 8. Memiliki kreativitas Motivasi intrisik dan motivasi ekstrinsik dapat dijadikan titik pangkal rekayasa pedagogis guru. Sebaiknya guru mengenal adanya motivasi-motivasi tersebut. Untuk mengenal motivasi yang sebenarnya, guru perlu melakukan penelitian. Ini berarti setiap guru seyogyanya belajar meneliti sambil praktek mendidik di sekolah. c. Unsur-Unsur Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Dapat diketahui bahwa motivasi belajar ada di dalam diri siswa. Dalam kerangka pendidikan formal, motivasi belajar tersebut ada dalam jaringan rekayasa paedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan pengajaran, pelaksanaan belajar-mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. (Dimyati, 2002:97) 1) Cita-cita atau aspirasi siswa Motivasi belajar tampak pada keinginan anak-anak sejak kecil seperti kenginginan belajar berjalan, bermain dan membaca dan lain-lain. Timbulnya cita-cita dibarengi dengan perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh perkembangan kepribadian. 2) Kemampuan siswa Kenginginan seorang anak perlu di barengi dengan kemampuan atau kecakapan penyampainya. Kenginginan membaca perlu di barengi dengan kemampuan mengenal dan menyebut huruf, dengan demikian keinginan anak untuk membaca dapat terpenuhi. Keberhasilan tersebut dapat memuaskan dan menyenagkan hatinya. Secara tidak langsung anak tersebut akan menjadi suka dalam membaca buku. 3) Kondisi siswa Kondisi siswa yang miliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar siswa. Seorang ssiwa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan menggangu perhatian belajar. sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan mudah memusatkan perhatian. Dan anak yang sakit akan enggan belajar 4) Kondisi lingkungan siswa Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal, akan menggangu dalam kesungguhan belajar. sebaliknya kampus sekolah yang indah dan pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar. 5. Unsur- unsur Dinamis dalam pembelajaran. Siswa memiliki perasaan, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan prilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan juga pergaulan mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio dan televisi. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar. Pebelajar yang masih berkembang jiwa raganya, lingkungan semakin bertambah baik berkat di bangun, merupakan kondisi dinamis yang bagus bagi pembelajaran. 6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif pergaulanya sekitar lima jam sehari, Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga di bangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan kehidupan guru perlu diperhatikan sendiri oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih sesuatu yang baik. Partisipasi dan teladan memilih prilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.(Dimyati, 2002:97). Upaya guru membelajarakan siswa terjadi di sekolah. Upaya pembelajaran disekolah meliputi hal-hal berikut : 1. Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah 2. Membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan fasilitas sekolah. 3. Membina belajar tertib pergaulan, 4. Membina belajar tertib lingkngan sekolah d. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar Penelitan psikologi banyak menghasilkan teori-teori motivasi tentang prilaku. Subyek terteliti dalam motivasi ada yang berupa hewan dan manusia. Peneliti yang menggunakan hewan adalah tergolong peneliti behavioris dan biologis. Peneliti yang menggunakan manusia adalah peneliti kognitif. Temuan ahli-ahli tersebut bermanfaat untuk bidang industri, tenaga kerja, urusan pemasaran, rekruting militer, konsultasi, dan pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa motivasi prilaku manusia berasal dari kekuatan mental umum, insting, dorongan, kebutuhan, proses kognitif, dan interaktif. Perilaku penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja. Belajar menimbulkan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi bekerja merupakan penggerak kemajuan masyarakat. Kedua motivasi tersebut perlu dimiliki oleh siswa SLTP dan SLTA. Sedang guru SLTP dan SLTA dituntut memperkuat motivasi siswa SLTP dan SLTA. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut : 1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir. 2. Menginformasikan tentang usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. 3. Mengarahkan kegiatan belajar. 4. Membesarkan semangat belajar. 5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang bersinambungan. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa barmanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: 1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. 2. mengetahui dan memahami motivasi belajar siawa di kelas bermacam-macam. 3. meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-macam peran. 4. memberi peluang guru untuk unjuk kerja” rekayasa paedagogis”. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada “mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “mengubah” siswa cerdas yang acuh tak acuh menjadi bersemangat belajar. (Dimyati, 2002:86) e. Fungsi Motivasi Dalam Belajar Hasil balajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Dengan demikian, motivasi mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas ada tiga fungsi motivasi: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajar. D. Pengaruh Efektifitas Metode Hafalan Bidang Studi Al-Qur’an Hadits Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII MTsN Megaluh Jombang Metode mengajar pada hakikatnya merupakan cara yang ditempuh guru dalam mengelola dan menyampaikan pelajaran terhadap siswa agar dapat mencapai tujuanya, yaitu hasil belajar yang diinginkan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan pelajaran, seorang guru dituntut untuk mampu mengajar dengan baik. Dengan mengunakan metode mengajar yang bervariasi dan ditambah dengan alat peraga diharapkan akan lebih memperjelas penyampaian materi. Sehingga siswa dapat menerima materi pelajaran dengan lebih baik dan jelas. Dengan demikian, diharapkan motivasi belajar dapat ditingkatkan. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai akan semakin memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dikelas. Sebaliknya, guru yang hanya menguasai satu materi misalnya metode menghafal maka akan membuat siswa kehilangan gairah belajar, siswa menjadi bosan, jenuh karena suasana yang monoton. Suasana belajar yang seperti itu akan berpengaruh pada penerimaan materi pelajaran. Tidak ada suatu metode yang dapat digunakan untuk semua jenis mata pelajaran, dan semua keadaan atau situasi. Perlu disadari bahwa metode bukan tujuan, melainkan alat atau cara untuk mencapai suatu tujuan pengajaran. Tercapai tidaknya tujuan itu tergantung pada efektif tidaknya metode mengajar yang digunakan Dalam mengajarkan bidang studi Al-Qur’an Hadits kecermatan dan ketepatan seorang guru dalam mengkombinasi atau memadukan metode mengajar akan sangat membantu siswa dalam memahami meteri pada bidang studi Al-Qur’an dan Hadits. Penggunaan beberapa metode mengajar perlu diupayakan, namun penggunaan metode tersebut jangan malah mengaburkan atau mengacaukan tujuan pelajaran itu sendiri. Karena itu perlu disadari bahwa efektifitas metode menghafal itu berpengaruh untuk meningkatkan motivasi belajar siswa terutama dalam meningkatkan keantusiasan dalam menerima materi pelajaran. Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa cara mengajar dengan menggunakan berbagai jenis metode dan kombinasi secara tepat dan perlu pengertian oleh guru akan mempertinggi motivasi belajar siswa. BAB III METODE PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah untuk melakukan penelitian. (Sugiono. 2005:324) Penelitian dilakukan berangkat dari adanya permasalahan. Adapun pendekatan penelitian ini adalah Expost Facto (Sugiono. 2005: 7), mengemukakan suatu penelitian yang digunakan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Adapun paradigma penelitiannya adalah untuk mencari pengaruh antara tingkat efektifitas metode sorogan Al-Qur’an terhadap motivasi hafalan santri dengan perincian pengaruh efektifitas metode sorogan Al-Qur’an sebagai variabel independen ( variabel bebas ) motivasi belajar siswa sebagai variabel dependen ( variabel terikat ). Dalam bentuk pengaruh ini dapat digambarkan dengan paradigma sebagai berikut: Keterangan: X : Efektifitas metode hafalan Bidang Studi Al-Qur’an Hadits (variable bebas) Y : Motivasi belajar siswa (variable terikat) r : pengaruh efektifitas metode sorogan al-qur’an terhadap motivasi havalan. 2. Populasi dan Sampel a. Populasi populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Bila seorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut study populasi atau study sensus. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh santri pondok pesantren roudlotul qur’an darul falah III yang berjumlah 104 santri. b. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono. 2005: 91). Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena terbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sample yang diambil dari populasi itu. (sugiono, 200 : 118) Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaliknya jika jumlah sampelnya lebih dari 100 maka dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. (suharsimin, ) Dalam penelitian ini jumlah populasi lebih dari 100 sehingga penelitian tidak mungkin menjadikan seluruh populasi menjadi subyek, maka peneliti mengambil 30% dari jumlah populasi yaitu 32 santri. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik teknik sampling purposive yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertetu.(Sugiono. 2008 : 124) Maka jumlah sampel pada penelitian ini diambil 30% dari jumlah populasi yaitu 32 siswa dengan rincian sebagai berikut : No Santri Jumlah 1 Putra 30 % x 52 = 16 2 Putri 30 % x 52 = 16 Jumlah 30 % x 104 = 32 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat tau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam meng(Sugiono. 2005: 119). Umpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistimatis sehingga lebih muda diolah. Variasi jenis penelitian adalah angket.(suharsimi arikunto,2006:160) Sebelum peneliti menguraikan prosedur pengembangan instrument data atau alat yang dipakai dalam penelitian, maka terlebih dahulu peneliti menguraikan tentang gambaran variabel yang akan diteliti : a. Jenis Data atau Skala Skala atau jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Efektifitas metode sorogan Al-Qur’an (variable) 2. Motivasi hafalan santri (variabel terikat) b. Jabaran Variable Adapun instrumen penelitian ini dikembangkan melalui penjabaran variabel menjadi indikator. Variabel Indikator Sumber data metode Efektifitas metode sorogan Al-Qur’an  Dalam pembelajaran, murid dan guru dapat tatap muka secara langsung.  Menitik beratkan pada perkembangan perseorangan (individu).  Jika peserta didik banyak, maka waktu yang tersedia relatif sedikit. Santri Angket Motivasi hafalan santri  Adaya hasrat dan keinginan berhasil  Adanya dorongan dan kebutuan dalam menghafal  Adanya harapan dan cita-cita masa depan  Adanya penghargaan dalam belajar  Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar  Adanya lingkungan yang kondusif Supaya penyusunan instrumen lebih sistimatis, sehinga mudah untuk dikontrol, dikoreksi,dan dikonsultasikan pada orang ahli, maka sebelum istrumen disusun menjadi item-item instrument, maka perlu dibuat kisi-kisi instrument. Selanjutnya untuk menyusun item-item instrumen, maka indikator dari variable yang akan diteliti dijabarkan menjadi item-item instrumen. (sugiono,2008:160) Penelitian ini menggunakan skala likert, dengan skala likert,maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable kemudian indiator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. (sugiono, 2008:134) Jawaban setiap item istrumen yang mengunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Instrumen penelitian di atas digunakan sebagai alat ukur. Jawaban setiap item menggunakan skala likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dan untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu harus ditulis skor dari setiap item dari pertanyaan ini adalah : Yang bersifat positif Selalu : 4 Sering : 3 Kadang-kadang : 2 Tidak pernah : 1 Yang bersifat negatif Selalu : 1 Sering : 2 Kadang-kadang : 3 Tidak pernah : 4 4. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas Di dalam penelitian ini untuk mengetahui valid dan tidaknya intrument yang digunakan, maka diadakan pengujian terhadap instrumen-instrument tersebut sehingga dapat diketahui didalam tiap item instrument apakah item tersebut mempunyai validitas yang logis atau tidak. Jika ada kecocokan yang logis diantara item-item yang tersebut berarti dikatakan valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahehan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah.sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. (suharsimi, 2008 : 168) Untuk menguji valid tidaknya instrumen penelitian itu secara empiris, maka dilakukan dengan menganalisis tiap butir item untuk mencari indeks korelasi antara masing-masing item dengan total nilai, Untuk menguji valid dan tidaknya instrumen, penulis menggunakan rumus product moment sebagai berikut : rxy = Keterangan. Rxy : Angka indeks korelasi “r” product moment ∑ x : Jumlah seluruh skor x ∑ y :Jumlah seluruh skor y ∑ xy : Jumlah perkalian antara skor x dan y N : Jumlah responden Pengujian validitas instrument dilakukan di pondok pesantren darul falah III untuk memperoleh data mentah dari hasil uji Pengujian validitas instrument dilakukan untuk memperoleh data mentah dari hasil uji coba tersebut, Pengujian validitas instrument dilakukan di pondok pesantren darul falah III, untuk memperoleh data mentah dari hasil uji coba tersebut, maka disajikan dalam lampiran, sedangkan perhitungan dari validitas tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 Rangkuman uji validitas instrument efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadist. No r hit r table Keterangan 5 % 1 % 1 0,72892 0,349 0,449 Valid 2 0,68904 Valid 3 0,84386 Valid 4 0,64276 Valid 5 0,77240 Valid 6 0,54981 Valid 7 0,80919 Valid 8 0,64236 Valid 9 0,74101 Valid 10 0,84386 Valid Keterangan : r tabel 5% : 0,349 1% : 0,449 Tabel. 3.4 Rangkuman uji validitas instrument motivasi belajar siswa. No r hit r table Keterangan 5 % 1 % 1 0,78869 0,349 0,449 Valid 2 0,56213 Valid 3 0,86641 Valid 4 0,57601 Valid 5 0,76798 Valid 6 0,52723 Valid 7 0,81264 Valid 8 0,63336 Valid 9 0,67813 Valid 10 0,86787 Valid Keterangan : r tabel 5% : 0, 349 1% : 0, 449 Berdasarkan pada hasil uji validitas tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari sejumlah item pertayaan baik itu dari variab efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadist maupun motivasi belajar siswa seluruhnya adalah valid, jadi instrument tersebut dapat dan layak digunakan untuk penelitian. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu, instrumen yang sudah dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat sesuatu reliable artinya dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto. 1993: 142). Rumusan Spearman Brown adalah sebagai berikut: Keterangan: r11 = Reliabel instrumen r½½ = Korelasi antar skor setiap belahan test Tabel 3.5 Rangkuman uji reliabilitas instrument efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits. No X Y X2 Y2 XY ∑ 404 420 5516 6006 5645 Berdasarkan rekapitulasi data uji reliabilitas instrument sebagaimana diterangkan dalam tabel diatas dapat disimpulkan bahwa instrument efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits dengan rumus “r” produk moment dan hasil dari rumus tersebut dikonsultasikan menggunakan rumus “r11” sebagai berikut: Dari perhitungan diatas diperoleh r hit = 0,9704056 sedangkan r tabel diperoleh 0,349 (5%) dan 0,449 (1%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrument efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadist memiliki reliabilitas yang tinggi r11 lebih besar dari rtabel. Tabel 3.6 Rangkuman uji reliabilitas instrument motivasi belajar siswa. No X Y X2 Y2 XY ∑ 388 374 5384 4894 5096 Berdasarkan rekapitulasi data uji reliabilitas instrument sebagaimana diterangkan dalam tabel diatas dapat disimpulkan bahwa instrument motivasi belajar siswa dengan menggunakan rumus “r” produk moment dan hasil dari rumus tersebut dikonsultasikan menggunakan rumus r11 sebagai berikut: Dari perhitungan diatas diperoleh rhit =0,9699174 sedangkan rtabel diperoleh 0,349 (5%) dan 0,449 (1%). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa instrument motivasi belajar memiliki reliabilitas yang tinggi dengan taraf signifikan 5% dan 1% karena r11 lebih besar dari rtabel. Apa yang dihasilkan dari rumus tersebut kemudian dikonsultasikan dengan rumus angka instrumen tersebut tidak reliable maka instrumen itu dapat dipercaya. 5. Teknik Pengumpulan Data Setiap penelitian ilmiah memerlukan data dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan data itu harus diperoleh dari sumber data yang tepat. Data yang tepat dan cukup sangat penting artinya untuk mengantarkan seorang peneliti pada perumusan kesimpulan yang baik dan benar. Dalam pengumpulan data ini sangat dibutuhkan adanya tehnik yang tepat dan relevan untuk memperoleh data yang diharapkan. Adapun pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan model angket. Model angket yang digunakan adalah angket dengan menggunakan pertanyaan tertutup, yaitu pertayaan yang mengharap jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu jawaban dari setiap pertayaan yang tersedia.(Sugiono, 2008:199) 6. Teknik Analisis Data Analisa data merupakan lanjutan dari pengumpulan data yang telah diperoleh atau dikumpulkan. Data-data tersebut kemudian dianalisa untuk mengurai sesuatu yang terbukti dalam hal yang bersangkutan dengan obyek penelitian, jika tidak dianalisa, maka penelitian ini tidak dapat dinyatakan sebagai penelitian yang valid. Maka peneliti menggunakan obyek guna untuk mengetahui tentang siswa yang mengikuti kegiatan tersebut valid atau tidak. Ternyata setelah peneliti menghitung adanya data-data yang masuk pada peneliti atau obyek yang peneliti ambil, membuktikan bahwa semua obyek atau siswa yang ikut pada kegiatan tersebut ternyata valid semua. a. Pengolahan data 1. Editing Tahap ini dilakukan pengecekan kelengkapan serta kebenaran-kebenaran dan kesempurnaan pengisian angket, sehingga angket pengisiannya dapat terhindari suatu kekhilafan atau ketidak sempurnaan. 2. Skoring Memberi skoring (nilai) terhadap item-item variable yang telah ada. 3. Koding Agar mudah dalam pelaksanaan analisis, maka dalam instrumen pengumpulan data perlu dibuat kode, supaya tidak terjadi kesimpang siuran dalam penafsiran. Dengan cara ini peneliti menggunakannya untuk pengklasifikasian data penelitian. 4. Tabulating Proses penyusunan data dalam bentuk tabel yang berdasarkan kategori atau klasifikasi untuk kepentingan analisis. (Koentjaraningrat. 1997: 280). b. Penerapan data dan rumus Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh efektifitas metode sorogan Al-Qur’an terhadap motivasi hafalan santri pondok pesantren roudlotul qur’an darul falah III, maka penerapan data yang sesuai dengan penelitian berdasarkan jenis data variable penelitian ini adalah menggunakan rumus prosentase sebagai berikut: x 100 % Keterangan : F : Frekwensi yang sedang dicari prosentasenya N : Banyaknya responden P : Angka prosentase Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga mencari pengaruh (x dan y) menggunakan analisis Statistic Regresi sederhana. Adapun rumus sebagai berikut: y = a - bx Keterangan: y : subjek dalam variabel dependen yang diprediksi x : subjek pada variable independen yang mempunyai nilai tertentu a : harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan) b : angka arah atau koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan varisbel dependen yang didasarkan pada perubahan variable independent bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. (sugiono, 2007 : 261) Kemudian untuk mencari harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut : (Σу1)(ΣXi ²) - (Σx1)(ΣxiYi) a = nΣxi 2 – (Σxi)2 n Σx i у i – (Σxi) (Σуi) b = n Σxi2 – (Σx i) (sugiono, 2007 : 262) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits terhadap motivasi belajar siswa, maka penulis akan mengadakan analisis data secara kuantitatif. Dengan melihat pada bab sebelumnya bahwa proses pengmpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket yang disebarkan pada sejumlah responden. Kemudian setelah data terkumpul, peneliti berusaha untuk menganilisis sehingga data tersebut dapat dibuktikan dengan hipotesis yang telah direncanakan. Setelah data terkumpul selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis. Akan tetapi sebelum data analisis perlu diadakan penskoran dengan penjelasan bahwa skor tertinggi pada efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits adalah 40, sedangkan skor terendah adalah 10 dan untuk variabel motivasi belajar siswa skor tertinggi adalah 40, sedangkan skor terendah adalah 10. Berkaitan dengan skor di atas, maka dibuat pengklasifikasian untuk variabel efektitifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits sebagai berikut : • 31 – 40 : Dikategorikan tinngi • 21 – 30 : Dikategorikan sedang • 10 - 20 : dikategorikan rendah Sedangkan untuk variabel motivasi belajar siswa pengklasifikasiannya sebagai berikut : • 31 – 40 : Dikategorikan tinggi • 21 - 30 : Dikategorikan sedang • 10 - 20 : Dikategorikan rendah Dalam pembahasan di atas dikemukakan bahwa data yang diperoleh dari angket disebarkan kepada 32 responden. 1. Analisa tentang efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits. Adapun skor datanya adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Skor efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits N0 SKOR NO SKOR 1 35 17 17 2 36 18 32 3 34 19 39 4 19 20 34 5 28 21 29 6 29 22 28 7 36 23 35 8 29 24 29 9 34 25 26 10 18 26 29 11 33 27 36 12 36 28 37 13 19 29 33 14 26 30 25 15 34 31 35 16 34 32 29 Dari data penskoran efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits seperti tercantum dalam tabel 4.1 maka dapat diketahui bahwa skor tertinggi adalah 39 dan skor terendah adalah 17. Untuk memberikan kriteria penilaian berdasarkan pada prosentase digunakan rumusan sebagai berikut : P = Keterangan : P : Angka prosentase F : Frekwensi yang sedang dicari prosentasenya N : Banyaknya responden Adapun kriteria penilaian berdasarkan pada prosentase seperti yang tercantum pada tabel berikut : Tabel 4.2 :Distribusi frekwensi nilai efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits. Interval skor Frekwensi Posentase Kategori 10 - 20 4 12, 5 % Rendah 21 - 30 11 34,375 % sedang 31 -40 17 53,125 % Tinggi N 32 100 % Dari data tersebut di atas dengan mengacu pada prosedur pengklasifikasian dan pengkategorian pada tabel 4.2 terlihat bahwa yang mendapat nilai antara 10 – 20 adalah 4 siswa, antara 21 – 30 adalah 11 siswa, dan antara 31 – 40 adalah dalam hal ini nilai terendah 17 dan tertinggi 39. Dari perhitungan prosentase tabel 4.2 maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits 12,5 % yang memiliki efektifitas rendah, 34, 375 % memiliki efektifitas sedang, 53, 125 % memiliki efektifitas tinggi. Sehingga dapat kesimpulan bahwasannya efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits tergolong tinggi. 2. Analisis tentang motivasi belajar siswa sebagai berikut : Tabel 4.3 Skor motivasi belajar siswa NO SKOR NO SKOR 1 35 17 18 2 35 18 37 3 34 19 33 4 31 20 26 5 34 21 25 6 32 22 21 7 33 23 27 8 22 24 28 9 32 25 25 10 18 26 21 11 34 27 21 12 28 28 35 13 30 29 31 14 28 30 34 15 35 31 29 16 31 32 28 Dari data nilai rata-rata angket tentang motivasi belajar siswa yang telah tercantum pada tabel 4.3 dapat ditemukan bahwa nilai tertinggi adalah 37, sedang nilai terendah adalah 18. Tabel 4.4 Distribusi frekwensi nilai rata-rata motivasi belajar siswa. Interval skor Frekwensi Prosentase Kategori 10 -20 2 6,25 % Rendah 21 -30 12 37, 5 % Sedang 31 -40 8 56,25 % Tinggi N 32 100 % Dari perhitungan prosentase tabel 4.4 maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa 6,25 % yang memiliki efektifitas rendah, 37,5 % memiliki efektifitas sedang, 56,25 % memiliki efektifitas tinggi. Sehingga dapat kesimpulan bahwasannya efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits tergolong tinggi. 3. Analisa tentang pengaruh efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits terhadap motivasi belajar siswa. Setelah melalui beberapa tahap diatas, maka proses akhir sampai analisa statistik data metah secara keseluruhan dimasukan dalam tabel persiapan perhitungan produk moment dengan ketentuan sebagai berikut : Skor tabel efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits dilambangkan dengan “X”, sedangkan skor total motivasi belajar siswa dilambangkan dengan “Y”. Tabel 4.5 Pengaruh efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di MTsN Megaluh Jombang. NO x y x^2 y^2 xy 1 35 35 1225 1225 1225 2 36 35 1296 1225 1260 3 34 34 1156 1156 1156 4 19 31 361 961 589 5 28 34 784 1156 952 6 29 32 841 1024 928 7 36 33 1296 1089 1188 8 29 22 841 484 638 9 34 32 1156 1024 1088 10 18 18 324 324 324 11 33 34 1089 1156 1122 12 36 28 1296 784 1008 13 19 30 361 900 570 14 26 28 676 784 728 15 34 35 1156 1225 1190 16 34 31 1156 961 1054 17 17 18 289 324 306 18 32 37 1024 1369 1184 19 39 33 1521 1089 1287 20 34 26 1156 676 884 21 29 25 841 625 725 22 28 21 784 441 588 23 35 27 1225 729 945 24 29 28 841 784 812 25 26 25 676 625 650 26 29 21 841 441 609 27 36 21 1296 441 756 28 37 35 1369 1225 1295 29 33 31 1089 961 1023 30 25 34 625 1156 850 31 35 29 1225 841 1015 32 29 28 841 784 812 JML 909 874 28591 26364 26934 Dari tabel diatas dapat diperoleh bahwa X= 909, Y= 874, X2= 28591, Y2= 26364, XY= 26934, kemudian dimasukkan dalam rumus produk moment rxy = B. Pengujian hipotesis Dalam bab awal diajukan secara teoritis terhadap permasalahan diatur dalam benttuk hipotesis, sebagai tindak lanjut untuk mebuktikan kebenarannya, maka hasil yang diperoleh berdasarkan statistik denagan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menentukan hipotesis Ho dan Ha a. Ho, tidak ada pengaruh antara efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur'an hadits terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII MTsN Megaluh Jombang b. Ha, ada pengaruh antara efektifitas maetode hafala bidanng studi Al-Qur'an hadits terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII MTsN Megaluh Jombang 2. Menetukan taraf signifikan (α =5% =0,349, 1% =0,449) 3. Menentukan kriteria pengujian hipotesa Ho = diterima jika r hit < r tabel Ha = di tolak jika r hit > r tabel Untuk menguji hipotesis diperlukan tehnik analisa data dengan rumus t tes sebagai berikut : Berdasarkan uji signifikan ternyata r hit lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% dan 1%. Adapun r hit 7, 349716898 dan untuk taraf signifikan 5% = 0,349 dan taraf signifikan 1% jadi Ho ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur'an Hadits terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII MTsN Megaluh Jombang. C. Pembahasan. Untuk menjawab rumusan masalah pertama yang berbunyi bagaimana efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits dapat diketahui bahwa 32 responden rata-rata mendapat nilai 4/12,5 %, sebanyak 11/34,375% sedang dan untuk kategori tinggi 17/53,125 %. Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yang berbunyi tentang motivasi belajar siswa dapat diketahui dari 32 responden yang mendapat skor dalam kategori tinggi 18/56,25% yang mendapat nilai sedang 12/37,5% dan yang mendapat nilai dalam kategori rendah adalah 2/6,25%. Sedang untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, yaitu pengaruh efektifitas metode hafalan bidang studi Al-Qur’an Hadits kelas VIII dapat diketahui dari r hitung 0,801832336 yang jumlahnya lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,349. Dengan demikian hasil 0,801832336 taraf signifikan 5% dapat dijawab bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pengaruh efektifitas metode hafalan terehadap motivasi belajar siswa kelas VIII MTsN Megaluh Jombang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pencarian